Beberapa cabor memiliki klasifikasi yang sedikit lebih rumit, menyesuaikan kondisi para atlet penyandang disabilitas.
Atletik
Kelas T/F11 dan T/F 12 diperuntukkan bagi para atlet dengan disabilitas penglihatan berat, yang membutuhkan pemandu.
Kelas T/F13 diperuntukkan bagi para atlet dengan disabilitas penglihatan sedang, yang mampu meilhat sejauh enam meter.
Kelas T/F20 diperuntukkan bagi atlet yang mengalami hambatan intelektual alias tuna grahita.
Kelas T/F35-T/F38 diperuntukkan bagi atlet dengan kondisi kekejangan tertentu. Secara khusus, Kelas T/F36-T/F38 diperuntukkan bagi penderita Cerebral Palsy (CP)
Kelas T/F40-T/F41 mengelompokkan peserta berdasarkan tinggi badan dan panjang lengan.
Kelas T/F42-T/F47 mengklasifikasikan peserta berdasarkan kondisi fisik sera kemampuan menggerakkan tubuh tanpa alat bantu.
Kelas T52-T54 diperuntukkan bagi para atlet yang menggunakan alat bantu kursi roda.
Kelas F55, F +56, F57 diperuntukkan bagi atlet yang melakukan pertandingan dengancara duduk karena kondisi khusus pada kedua kaki.
KelasT/F +54 diperuntukkan khusus bagi atlet tuna rungu.
1. Boccia
Pada cabor ini, terdapat 10 nomor yang terdiri dari perorangan dan berpasangan (mixed pairs). Sedangkan pengelompokannya ada lima kelas, yakni BC1-BC5.
2 Bulu Tangkis
Kelas WH1 dan WH2 diperuntukkan bagi atlet bulu tangkis kursi roda.
Kelas S (1-5) diperuntukkan bagi peserta dengan disabilitas Standing Lower. Makin tinggi skala, makin kecil pula keterbatasan atlet.
Kelas U (1-5) diperuntukkan bagi atlet dengan keterbatasan Upper (bagian tubuh atas).
Kelas SS6 (Short Stature) diperuntukkan bagi atlet yang memiliki pelambatan pertumbuhan tulang yang membuat tinggi badan mereka kurang dari atlet sebaya.
3. Catur
Kelas B1-B3 diperuntukkan bagi atlet tuna netra, disesuaikan dengan berat-ringannya kondisi penglihatan.
Agar lebih mudah mempelajari teknik bermain catur, Tunanetra harus menghapal delapan kotak vertikal dan delapan kotak horizontal. Delapan kotak vertikal diberi angka 1-8, sedangkan kotak horizontal ditandai dengan huruf A sampai H. "Dari permainan catur akan dihasilkan ratusan probabilitas perpaduan langkah pada kotak A1 sampai H8,"
4. Judo
Kelas B1-B3 diperuntukkan bagi atlet tuna netra, disesuaikan dengan berat-ringannya kondisi penglihatan.
5. Menembak
Kelas SH1 Pistol diperuntukkan bagi atlet dengan kemampuan gerak tubuh di bawah 25 persen.
Kelas SH1 Rifle diperuntukkan bagi atlet dengan kemampuan gerak di bawah 25 persen.
Kelas SH2 diperuntukkan bagi atlet dengan kondisi kemampuan gerak 25 persen ke bawah
Semua atlet memperoleh alat bantu berupa meja untuk meletakkan senjata, serta diperkenankan membidik senjata dari bangku.
6. Renang
Kelas S1-13 diperuntukkan bagi atlet dengan hambatan penglihatan. Makin tinggi angkanya, makin baik pula kondisi penglihatannya.
Kelas S14 diperuntukkan bagi atlet dengan hambatan intelektual alias tuna grahita.
Kelas S15 diperuntukkan bagi atlet tuna rungu.
7. Tenis Meja
Kelas 1-5 diperuntukkan bagi para atlet tuna daksa yang menggunakan kursi roda.
Kelas 6-10 diperuntukkan bagi atlet tuna daksa yang masih bisa berdiri.
Kelas 11 diperuntukkan bagi atlet tuna grahita.
Kelas TN diperuntukkan bagi atlet tuna netra.
Kelas TRW diperuntukkan bagi atlet tuna rungu.
8. Bola basket kursi roda
Bola basket kursi roda adalah bola basket yang dimainkan oleh orang-orang dengan berbagai cacat fisik yang mendiskualifikasi mereka dari bermain olahraga yang sehat.[1] Ini termasuk spina bifida, cacat lahir, cerebral palsy, lumpuh karena kecelakaan, amputasi (kaki, atau bagian lain), dan banyak cacat lainnya. Federasi Bola Basket Kursi Roda Internasional (IWBF) adalah badan pengelola untuk olahraga ini. Itu diakui oleh Komite Paralimpik Internasional (IPC) sebagai satu-satunya otoritas yang kompeten dalam bola basket kursi roda di seluruh dunia. FIBA telah mengakui IWBF berdasarkan Pasal 53 Statuta Umumnya.
IWBF memiliki 82 Organisasi Nasional untuk Bola Basket Kursi Roda (NOWBs) yang berpartisipasi dalam bola basket kursi roda di seluruh dunia, dengan jumlah ini meningkat setiap tahun. Diperkirakan lebih dari 100.000 orang bermain basket kursi roda dari rekreasi ke permainan klub dan sebagai anggota tim nasional elit.
9. Lari Jarak Dekat
Kategori olahraga yang dipertandingkan dalam cabor atletik adalah: Kategori tracks: Sprint (100 m, 200 m, 400 m), jarak menengah (800 m, 1,500 m), jarak jauh (5,000 m, 10,000 m) dan lari estafet (4x100 m, 4x400 m) Selain itu, juga ada kategori marathon, lompat tinggi, lompat jauh, lompat ganda, lempar lembing, penthalon, dan beberapa kategori lainnya.
10. Voli Duduk
Dalam
Paralimpiade, cabor bola voli dipertandingkan dengan format sitting volleyball
atau bola voli duduk. Terdapat 2 kelas dalam cabor ini, yakni VS1 dan VS2.
Kelas VS1 diperuntukkan bagi atlet yang memiliki sejumlah kekurangan pada
bagian tubuh yang secara signifikan berpengaruh dalam permainan bola voli
duduk. Misalnya, gangguan pada pergelangan kaki dan tungkai karena amputasi,
pemendekan dan kehilangan kaki sejak lahir, kekakuan tulang kaki dan sendi
lutut, ketegangan otot, gerakan tubuh yang tidak terkoordinasi, serta gerakan
tubuh yang tidak disengaja. Sementara itu, kelas VS2 memiliki klasifikasi yang
mirip dengan VS1. Bedanya, VS2 diperuntukkan bagi atlet dengan derajat gangguan
atau hambatan fisik yang lebih sedikit.
Penjelasan
Klasifikasi Atletik Asian Para Games Atlet disabilitas memiliki tiga klasifikasi umum yakni Physical Impairment (PI) atau tuna daksa, Visual Impairment (VI) atau tuna netra dan Intelectual Impairment (II) atau tuna grahita. Pada masing-masing kategori memiliki nomor klasifikasi yang sesuai dengan kemampuan para atlet, T adalah singkatan dari Track atau jalur, dan F memiliki arti lapangan. Kategori PI atau tuna daksa dalam cabor atletik yang dipertandingkan:
Kelas T/F 31‐38: merupakan nomor untuk penyandang Cerebral Palsy, Stroke dan atau Cedera Otak Kelas T/F 31: Atlet kursi roda, Race Runner untuk kategori track, dan lempar duduk untuk kategori lapangan.
Kelas T/F 32-34: Atlet kursi roda bagi penyandang hypertonia, ataxia, dan athetosis (gangguan syaraf atau otot)
Kelas T/F 35-38: Atlet dengan penyandang hypertonia, ataxia, dan athetosis tanpa kursi roda.
Kelas T/F 40-41: Khusus atlet perawakan pendek yang bermain di lapangan maupun track.
Kelas T/F 42-44: Berlaku untuk atlet track maupun lapangan yang memiliki kekurangan pada tubuh bagian bawah, perbedaan panjang kaki, kekurangan kekuatan otot kaki, dan tak menggunakan kaki prosthesis (alat buatan yang menyerupai bentuk bagian tubuh untuk menggantikan bagian tubuh tersebut yang hilang atau rusak)
Kelas T/F 45-47: Atlet yang bermain dijalur track maupun lapangan dengan kekurangan pada tubuh bagian atas, kekurangan kekuatan otot, atau kekurangan kemampuan bergerak.
Kelas T/F 51-54: Diperuntukkan bagi atlet kursi roda maupun lempar duduk dengan kekurangan fungsi tubuh, perbedaan panjang kaki, kekurangan fungsi gerak, dan kekurangan kekuatan otot. ADVERTISEMENT Kelas T/F61-64: Diperuntukkan bagi atlet jalur maupun lapangan dengan kekurangan pada tubuh bagian bawah, perbedaan panjang kaki, dengan bantuan kaki prosthesis.
Klasifikasi Atletik Lainnya Pada kategori VI untuk atlet tuna netra, yakni atlet yang mengalami penglihatan yang dipengaruhi oleh kerusakan pada struktur mata, melalui jalur optik, atau bagian dari penglihatan pengontrol otak (korteks visual), yang memiliki nomor klasifikasi
T/F 11-13. Atlet di kategori ini akan bersaing di salah satu dari tiga kelas olahraga di track dan lompatan (T11-13) dan lemparan (F11-13).
T/F11: Atlet ini memiliki ketajaman visual yang sangat rendah atau tidak ada persepsi cahaya.
T/F12: Atlet memiliki ketajaman visual yang lebih tinggi daripada atlet yang bersaing di kelas T/F11 atau bidang visual dengan radius kurang dari lima derajat.
T/F13: Atlet memiliki gangguan penglihatan
paling rendah yang memenuhi syarat untuk Atletik IPC. Mereka memiliki ketajaman
visual tertinggi atau bidang visual dengan radius kurang dari 20 derajat. Baca
Juga Jelang Pembukaan Asian Para Games 2018, Ini Pesan Berkelas Jokowi Di
kategori II atau tuna grahita berada di klasifikasi T/F20 Atlet di kelas ini
memiliki gangguan intelektual yang berdampak pa.da aktivitas berlari (400 m -
marathon), melompat (lompat jauh dan lompat ganda) atau melempar (shot put).
Ada satu kelas olahraga untuk nomor lari dan melompat (T20) serta satu untuk
acara lapangan (F20) dan atlet harus memenuhi MDC (Minimum Disability Criteria)
khusus olahraga untuk masing-masing kategori (berlari, melompat atau melempar).
Komentar
Posting Komentar